Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Bolehkah Aku Marah?!

Bagaimana bisa sisa kemarahan kemarin sore yang belum terujarkan ini selesai? Ini sesal yang tak kesampaian meski tak pantas dipamerkan.  Mana aku tahu kesombongan aku ini mengutuk aku pada kesendirian. Lagi pula dukaku ini sebentar lagi riwayat; tamat dalam cinta yang sesat; sesaat. Ah marahku ini belum aku pergunakan sepenuhnya bukan untuk aku simpan melainkan mengenalkan aku pada sifat kedewasaan. Aku ingin marah. Tanyaku. Katamu; marahlah pada perempuan berbikini ketika aku sedang membuahi didepan matamu. Terlalu sulit. Muaklah pada lelaki yang menjadi banci yang selalu menawarkan selangkangannya kepada manusia yang besar nafsu semata. MARAH SAJA !!. Tangan ini tidak sempat mampir ke pipi kebanggaannya untuk menghadiahkan sebuah tamparan keras, jemariku melayang tertahan cukup lama. "Apa yang aku lakukan ini  bisa membuat harga diri aku terjatuh"  terbesit diotakku. Karena memang aku bukan si pemarah, tapi ekspresiku selalu salah. Ya salah... Jadi dari mana kamu tahu ak

Skuter Kuning

Aku menjumpaimu disudut bawah Ibu kota. Kamu terpajang manis diantara yang lainnya. Saat aku masuk, tahukah kamu aku mulai tertarik akan tekstur desainmu, warna unik ditubuhmu, suara bising mencamping kuping, dan bagian lainnya yang tak terlihat oleh ku. Aku berulang kali untuk tidak melirikmu tapi seperti ada logam magnet menyeret tubuhku untuk tetap memilihmu. Sepertinya kamu usang dan berdebu. Ah, pasti sudah lama si pemilik yang dulu menjualnya. Aku pun memutuskan untuk mulai memasuki kamu dalam kehidupanku. Dan aku pastikan pula tidak ada kerusakan pada mesin hatimu atau kenangan dengan si pemilik sebelumnya. Sungguh indah bukan bila aku dan kamu menjelajahi alam semesta.  Nyatanya, aku kalah memenangkanmu dalam hal ini. Si pemilik terdahulu datang kembali, ia merebutmu dariku. Siapa yang perduli, bahkan kamu pergi dan tak bisa kumiliki, aku hanya bisa gigit jari, iri :'( .... Ia memang beda ia tahu cara menarik tali gas seorang perempuan dengan tepat. Ia paham akan k

Hijaiyah Cinta

Aku bertanya pada 'alif' yang berdiri di barisan paling depan, mengapa 'bak' selalu bersiul menggoda hingga aku dibuat jatuh olehnya?. Ia mencoba menawarkan 'tak' mengamnesiakan air mata, kemudian menawarkan lagi huruf 'tsa' yang katanya selalu menyisipkan kisah sederhana. Atau setidaknya untuk memilih 'jim' yang selalu jatuh cinta padanya secara perlahan-lahan yang tak mungkin tertiup angin. Ya aku tak memilih atas apa-apa yang kau tawarkan, enggan!!. Mungkin setelah itu 'hak' datang, membawaku untuk duduk bersama agar 'kha' tahu jatuh cinta itu tak dapat di lafadzkan sendirian. Entalah pikiran aku tertinggal pada saktah yang kutitipkan pada 'dal' dan 'dzal' yang selalu rumit menggubris di kedua huruf 'ra' dan 'zai' yang jelas-jelas sudah ku dhomahkan. Aku mencoba untuk melihat 'sin' yang kau tandai di punggungmu, dan 'syin' direbah dadamu. Dan sesekali aku mengargumentasikan '